BAB I
PENDAHULUAN
Indikator keberhasilan pendidikan nasional tidak hanya dilihat dari penguasaan anak didik secara akademis. Aspek psikomotor (gerak) dan afektif (rasa) menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dalam mewujudkan kepribadian anak yang paripurna. Kecerdasan anak didik dipahami tidak hanya dari sisi otak, tetapi juga perilaku dan sikap positif anak. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional kontekstual yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tersebut tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Secara tersirat, kemampuan yang harus dimiliki siswa selain aspek akademis juga aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual dan sistem nilai peserta didik. Terkait dengan itu bahwa pendidikan yang bermutu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah pendidikan yang mengantarkan siswa pada pencapaian standard akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal.
Siswa SMP sebagian besar remaja awal yang memiliki karakteristik, kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan yang harus terpenuhi. Pada masa sekarang, remaja usia SMP dihadapkan pada problematika social akibat dampak negative perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai hiburan di media massa secara perlahan melakukan pendangkalan moral sehingga membentuk sikap pragamtisme remaja. Mereka terobsesi hidup enak secara instant, kendati harus “tersesat” di jalan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perencanaan Bimbingan Konseling
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Sedangkan Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Jadi bimbingan konseling di sekolah adalah usaha yang dilakukan lembaga pendidikan kepada induvidu siswa agar menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup dengan melalui wawancara konseling oleh konselor ketika individu siswa memiliki masalah.
Bimbingan dan Konseling mempunyai tugas sebagai pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Beberapa aspek kegiatan yang perlu di perhatikan dalam perencanaan di dalam pembentukan kegiatan BK di sekolah;
1. The presence of a need (kebutuhan secera langsung)
2. An analisis of the situation (Sebuah analisis dari situasi)
3. A riview of alternate possibilities (Jalan lain dari kemungkinan)
4. The choice of a course of action (Memilih jenis kegiatan)
Di dalam penyusunan kegiatan–kegiatan BK tidak lah sama dengan penyusunan kegiatan kegiatan mata pelajaran. Jadi yang perlu diperhatikan karena banyak sekali anggapan bahwasanya BK sekolah adalah Petugas yang hanya bertugas jika terdapat anak bermasalah. Meninjau dari aspek-aspek di atas maka Perencanaan kegiatan Bk di sekolah dapat lebih terarah serta memiliki manfaat didalamnya;
a. Adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan
b. Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang di lakukan
c. Terlaksananya program bimbingan kegiatan bimbingan secara lancar,efisien dan efektif.
· Beberapa aspek penting yang perlu dilakukan ;
1. Analisis kebutuhan dan permasalahan yang di hadapi oleh siswa.
2. Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak di capai.
3. Analisis situasi dan kondisi di sekolah.
4. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan di lakukan .
5. Penetapan metode dan teknik yang akan di gunakan dalan kegiatan .
6. Penetapan personal-personal yang akan melaksanakan kegiatan- kegiatan yang telah di Tetapkan.
7. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang di rencanakan
8. Perkiraan tentang hambatan- hambatan yang akan di temui dan usaha -usaha apa yang akan di lakukan dalam mengatasi hambatan hambatan itu.
Yang juga harus diperhatikan dalam merencanakan program bimbingan dan konseling adalah faktor waktu. Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling guru pembimbing harus dapat mengatur waktu untuk menyusun, melaksnakan, menilai, menganalisis, dan menindak lanjuti program kegiatan bimbingan dan konseling dengan memperhatikan:
1. Semua jenis program bimbingan dan konseling (tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian)
2. Kontak langsung dengan siswa yang dilayani
3. Kegiatan bimbingan dan konseling tidak merugikan waktu belajar di sekolah
4. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam sekolah dapat sampai 50%
Guru pembimbing dalam merencanakan program bimbingan dan kopnseling harus mampu membuat jadwal kegiatan bimbingan dan konseling di dalam dan diluar jam sekolah untuk memenuhi minimal tugas wajib mingguan. Pelaksanaan program guru pembimbing pada umum sukar dijadwalkan sejak sermula. Hal ini dapat terjadi, karena kurikulum 2004 tidak tertera alokasi waktu secara khusus untuk program kegiatan bimbingan dan konseling.
B. Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan konseling mempunyai Paradigma, visi, dan misi yaitu:
Paradigma Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.
Visi pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
Sedangkan Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan. Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/ madrasah, keluarga dan masyarakat. Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.
Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan. Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling harian yang merupakan penjabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan satuan pendukung (SATKUNG) yang masing-masing memuat: (a) sasaran layanan/kegiatan pendukung; (b) substansi layanan/kegiatan pendukung; (c) jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan;(d pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat; dan (e) waktu dan tempat.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk: (1) kegiatan tatap muka secara klasikal; dan (2) kegiatan non tatap muka. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Sedangkan kegiatan non tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Mempunyai personel yang mendukung untuk terlaksananya pelayanan
dan tugas yang berkaitan dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling disekolah:
a. Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan di sekolah bertugas:
1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan
2. Menyediakan dan melengkapi saran dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling
3. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konserling.
b. Wakil kepala sekolah
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam hal:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personel sekolah
2. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
3. Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi wakil kepala sekolah yang berlatar belakang bimbingan dan konseling
c. Koordinator guru pembimbing
Tugas- tugas koordinator guru pembimbing
1. Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam:
1) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan
2) Menyusun program
3) Menilai program
2. Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhnya tenaga, sarana, dan prasarana
3. Mempertanggung jawabkaln pelaksanaan kegiatan bimbingan kepala sekolah
a. Guru pembimbing
b. Staf Administrasi
c. Guru mata pelajaran dan
d. Wali kelas
C. Pelaksanaan Program Kegiatan Bimbingan Dan Konseling
Unsur- unsur yang terdapat di dalam tugas pokok guru pembimbing meliputi:
· Bidang- bidang bimbingan
· Jenis- jenis layanan bimbingan dan konseling
· Jenis- jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
· Tahapan pelaksnaan program bimbingan dan konseling dan
· Jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing untuk memperoleh pelayanan (minimal 150 siswa).
Dengan terwujudnya mekanisme, pola kerja, atau prosedur kerja yang rapi, teratur dan baik serta dilandasi oleh bentuk-bentuk kerjasama dengan personel sekolah dalam administrasi pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah, maka dihindari kecenderungan terjadinya penyimpangan dalam program pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah.
Pelaksana pelayanan Bimbingan dan Konseling di SD/MI/SDLB pada dasarnya adalah guru kelas yang melaksanakan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, dan penguasaan konten dengan menginfusikan materi layanan tersebut ke dalam pembelajaran, serta untuk peserta didik Kelas IV, V, dan VI dapat diselenggarakan layanan Bimbingan dan Konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan Bimbingan dan Konseling kelompok.
Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan. Pengawasan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukan secara:
a. interen, oleh kepala sekolah/madrasah.
b. eksteren, oleh pengawas sekolah/madrasah bidang Bimbingan dan Konseling.
D. Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Layanan Dasar Bimbingan Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”.
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar : (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan dasar bimbingan dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang diberikan, disamping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi, dan belajar, juga materi yang dipandang utama bagi siswa SLTP/SLTA, yaitu yang menyangkut karir. Materi-materi tersebut, di antaranya : (a) fungsi agama bagi kehidupan, (b) pemantapan pilihan program studi, (c) keterampilan kerja profesional, (d) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (e) perkembangan dunia kerja, (f) iklim kehidupan dunia kerja, (g) cara melamar pekerjaan, (h) kasus-kasus kriminalitas, (i) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (j) dampak pergaulan bebas. Materi lainnya yang dapat diberikan kepada para siswa adalah sebagai berikut:
Layanan Responsif Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera”.
Tujuan layanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Tujuan layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan. Materi layanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dan kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya yang positif.
E. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan
a. Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
Tabel. 1. Deskripsi Tugas Personalia Bimbingan Konseling di Sekolah
Jabatan | Deskripsi Tugas |
Kepala Sekolah |
|
Wakil Kepala Sekolah |
|
Koordinator Bimbingan dan Konseling |
|
Konselor atau Guru Pembimbing |
|
Guru Mata Pelajaran |
|
Wali Kelas |
|
Staf Administrasi |
|
b. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.
c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya : (a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam; (c) menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (f) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa; (g) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
d. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua
Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
F. Penilaian kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan dan konseling terdiri dua jenis yaitu: (1) penilaian hasil; dan (2) penilaian proses. Penilaian hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukan melalui:
- Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.
- Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.
Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling terhadap peserta didik.
Hasil penilaian kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicantumkan dalam LAPELPROG Hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi bimbingan konseling di sekolah adalah usaha yang dilakukan lembaga pendidikan kepada induvidu siswa agar menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup dengan melalui wawancara konseling oleh konselor ketika individu siswa memiliki masalah.
Bimbingan dan Konseling mempunyai tugas sebagai pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan. Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling harian yang merupakan penjabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan satuan pendukung (SATKUNG) yang masing-masing memuat: (a) sasaran layanan/kegiatan pendukung; (b) substansi layanan/kegiatan pendukung; (c) jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan;(d pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat; dan (e) waktu dan tempat.
DAFATAR PUSTAKA
Dedi Suriyadi, Prof. Dr., (2001), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Mutu Konselor, Makalah , Jurusan PPB-FIP UPI Bandung-ABKIN Pengda Jawa Barat : Bandung.
Departemen Pendidikan Nasional (2001) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan, Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama : Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,(1994), Kurikulum Sekolah Menengah Umum (SMU), Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : P2LPTK Depdikbud
Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(1995), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV, Jakarta : IPBI
Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : Gramedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar