01/07/11

Strategi Pembelajaran Ekspositori


A.    Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1.    Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian pendidikan agama tidak dapat dipisahkan dengan pengertian pendidikan pada umumnya, sebab pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum.
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran.[1]
Dalam pengertian yang sederhana dan umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rokhani sesuai dengan nilai- nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha  yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskanya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.[2]
Menurut beberapa ahli pengertian pendidikan adalah sebagai berikut:
a.    Brodjonegoro dalam Suwarno  beliau dalam usaha menerangkan pengertian pendidikan, mengadakan analisis terhadap istilah-stilah yang mengandung arti mendidik, diantaranya:
1)        Paedagogiek atau teori pendidikan berasal dari perkataan pais yang berarti anak dan agagos yang berarti penuntun. Pada jaman Yunani Kuno, seorang anak yang pergi kesekolah diantar oleh seorang yang disebut gogos. Ia mengantar si anak, membawakan alat-alatnya dan setelah sekolah ditutup, gogos membawa anak pulang kerumah. Dalam lingkungan keluarga gogos diberi tugas pula mengamat-amati sang anak. Maka oleh karena itu paedagogiek berarti : Ilmu menuntun anak.
2)        Opvoeding (bahasa belanda) pada permulaanya berarti “membesarkan” dengan makanan, jadi membesarkan anak dalam arti jasmaniah. Akan tetapi lambat laun “ tindakan membesarkan ” ini dikenakan juga pada pertumbuhan rokhani anak, jadi pertumbuhan pikiran, perasaan dan kemauan anak dan pula pertumbuhan wataknya. Dalam arti yang luas, opvoeding berarti tindakan untuk membesarkan anak dalam arti geestelyk (kebatinan, Jawa).
3)        Pangualwentah ( bahasa jawa) berarti mengolah, jadi mengobah kejiwaanya, ialah mematangkan perasaan, pikiran kemauan dan watak sang anak ( mengenai pemberian pengetahuan dipergunakan istolah onderwijs atau pengajaran)
4)        Dalam bahasa Romawi ( termasuk bahasa inggris ) ada istilah” educare”= mengeluarkan dan menuntun istilah ini menunjukkan tindakan untuk merealisasikan “innerjik aanleg” atau potensi anak, yang di bawa waktu dilahirkan di dunia jadi educare berarti” membangunkan” kekuatan terpendam atau mengaktiveer kekuatan potensiil yang dimiliki anak.
5)        Erzichung ( perkataan jerman) hampir sama artinya dengan educare, jadi mengeluarkan dan menuntun (1;19-20).
Setelah menjelaskan kelima istilah tersebut diatas Brodjonegoro merumuskan pengertian sebagai berikut:
“Pendidikan  adalah tuntutanan kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat  pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lakhir sampai tercapainya kedewasaan, dalam arti jasmaniah dan rokhaniah. (1;21).[3]

b.    Ahmad D. Marimba dalam Hasbullah mengatakan pendidikan adalah bimbingan  atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan  jasmani dan rokhani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[4]
c.    SA. Bratanata dkk dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati mengatakan pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembanganya mencapai kedewasaanya.[5]
d.   Driyarkara dalam Fuad Ihsan mengatakan pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda.[6]
e.    Freeman Butt dalam Djumransjah mengatakan pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat di teruskan dari generasi  ke generasi berikutnya.[7]
Sedangkan Islam berasal dari bahasa arab Aslama, Yuslimu, Islaman yang berarti berserah diri, patuh dan tunduk. Kata Islam tersebut pada mulanya berasal dari Salima, yang berarti Selamat, Sentosa, Damai. Dari pengertian demikian secara harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri (kepada Allah) untuk mencapai keselamatan.[8]
Sedangkan menurut Langgulung dalam Muhaimin (1997), pendidikan Islam itu setidak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu Al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-Islamy  (pengajaran keislaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah ‘inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islam).[9]
Menurut Achmadi dalam Ismail pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara fitrah manusia, serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.[10] Dalam pengertian yang dikemukan tersebut mengandung arti bahwa dalam proses pendidikan Islam terdapat usaha memelihara kesucian manusia, hal itu merupakan fitrah yang ada sejak lahir serta mengembangkan segala potensi jiwa yang terdapat padanya melalui segenap usaha, sehinga manusia tersebut terbentuk menjadi manusia yang sempurna berdasarkan pandangan Islam.
Sedangkan menurut  Achmad D. Marimba mengartikan pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam.[11] Dalam pengertian yang dikemukan tersebut mengandung arti bahwa pendidikan Islam adalah membimbing anak dalam perkembangan dirinya baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan  pada hukum-hukum Islam.
Dari pengertian yang dipaparkan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah merupakan usaha sadar dalam membimbing, memelihara baik secara jasmani dan sosial, rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial, untuk mengembangkan fitrah manusian berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada agama Islam, sehinga dapat tercapai kehidupan bahagia dan sejahtera lahir dan bathin di dunia dan akhirat.    
Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antara umat  beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.[12] Sedangkan  di dalam GBPP SLTP dan SMU mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum 1994, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah: “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran  dan latihan dengan memperhatikan  tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.[13]


2.    Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan adalah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Pendidikan berusaha mengubah keadaan sesesorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak bersikap seperti yang diharapkan menjadi sikap seperti yang diharapkan. Kegiatan pendidikan ialah usaha membentuk manusia secara keseluruhan aspek kemanusiaannya secara utuh, lengkap dan terpadu.
Tujuan pendidikan agama Islam secara umum ialah, bertujuan “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berpendidikan agama Islam mulia dalam kehidupan kepribadian, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”(GBPP PAI, 1994). Sedangkan dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum 1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu,”agar siswa memahami, menghayati, menyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt dan berpendidikan agama Islam mulia.[14]
Secara umum tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semau kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia sempurna (Insan kamil) setelah ia menghabiskan sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu
Setiap orang sangat membutuhkan pendidikan formal melalui sekolah bukan hanya di lingkungan umum dan alam sekitarnya, karena pendidikan formallah yang mempunyai tujuan yang jelas. Dalam pendidikan formal direncanakan dan diatur segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan, cara dan alat, waktu dan tempat untuk mencapai tujuan itu. Karena itu, tujuan pendidikan Islam dapat dicapai dalam pendidikan formal. Sedangkan pendidikan formal itu dicapai dengan pengajaran. Ini berarti tujuan pengajaran ialah untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pengajaran Islam ialah untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk kepribadian muslim.[15]
Secara teoritis pendidikan agama Islam di sekolah adalah:
a.         pengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Serta ahklak mulia peserta didik seoptimal mungkin.
b.         penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagian hidup didunia dan akhirat.
c.         penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial.
d.        perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelamahan peserta didik dalam keyakinan, pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e.         pencegahan dari hal-hal negatif  budaya asing yang dihadapinya sehari-hari.
f.          pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata) sistem fungsionalnya
g.         penyaluran untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.[16]  
Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Omar Muhammad Al-Taumy al-Syaiebani, dalam Arifin diartikan sebagai perubahan yang  diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proporsi diantara profesi asasi dalam masyarakat.[17]


3.    Komponen-komponen Pendidikan Agama Islam
Di dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa komponen yang meliputi : tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.[18]
a.    Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan suatu cita-cita yang bernilai normatif. Sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Tujuan pengajaran merupakan deskripsi tentang penampilan perilaku (Performance) anak didik yang diharapkan setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu.
b.    Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah suatu yang membawa tujuan pengajaran. Bahan pelajaran merupakan inti yang ada dalam kesulitan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.


c.    Kegiatan Belajar Mengajar
Cara belajar mengajar adalah inti dalam pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimanapun juga ditentukan dari baik dan tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan, dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.
d.   Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, karena dengan penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, kesalahan dalam menerapkan metode akan berakibat fatal.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al imran  ayat 159, sebagai berikut:

فَبِمَارَحْمَةٍمِنَ اللِه ِلنْتَ لَهُمْ وَلَوْكُنْتَ فَظًّاً غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْامِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الاَمْرِفَاِذَاعَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِلِيْن                                                                        
      Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Berikut ini ada beberapa metode yang dapat di terapkan dalam proses pembelajaran:
1)   Metode ceramah adalah merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada anak didik dilakukan secara lisan.
Hal ini tercermin dalam Al-Qur’an surat Thaha: 25-28.
قَالَ رَبِّ اشْرَحْلِىْ صَدْرِى وَيَسِّرْلِى اَمْرِى وَحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِى يَفْقَهُواقَوْلِى

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanu.

2)   Metode tanya jawab adalah menyampaikan pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab tentang bahan materi yang ingin di perolehnya. Metode ini di gunakan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap pelajaran yang sudah disampaikan. Berkenaan dengan hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mu’minun ayat: 84-90 sebagai berikut:
قُلْ لِمَنِ الاَرْضُ وَمَنْ فِيْهَا اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ سَيَقُوْلوْنَ لِلِه قُلْ اَفَلَا تَذَكَرُّوْنَ قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتُ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ سَيَقُوْلُوْنَ لِلهِ قُلْ اَفَلاَ تَذَكَّرُوْنَ قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَيُجِيْرُوَلَايُجَارُعَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ سَيَقُوْلُوْنَ لِلهِ قُلْ فَاَنَّى تُسْحَرُوْنَ بَلْ اَتَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَاِنَّهُمْ لَكَاذِبُوْنَ

Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?" Sebenarnya kami Telah membawa kebenaran kepada mereka, dan Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
                                                                             
3)   Metode tulisan adalah metode mendidik dengan huruf atau simbol untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Berkenaan dengan hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Alaq: 1-5 sebagai berikut:
اِقْرَءْ بِسْمِ رَبِّكَ اَلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الِانْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اِقْرَءْ وَرَبُّكَ الاَكْرَمُ الَّذِى عَلَّمَ باِلْقَلَمِ عَلَّمَ الاِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

4)   Metode diskusi yaitu cara untuk memecahkan masalah, baik satu orang atau lebih untuk memperkuat pendapatnya. Berkenaan dengan hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah : 258 sebagai berikut:
اَلَمْ تَرَاِلَى الَّذِى حَاجَّ اِبْرَاهِيْمَ فِى رَبِّهِ اَنْءَاتَىهُ اللهُ المُلْكَ اِذْقَالَ اِبْرَاهِيْمَ رَبِّيَ الَّذِى يُحْيِى وَيُمِيْتُ قاَلَ اَنَّا اُحْىِي وَاُمِيْتُ قَالَ اِبْرَاهِيْمَ فَاِنَّ اللهَ ياَءْتِى بِاالشَّمْسِ مِنَ المَشْرِقِ فاَءْتِ بِهَامِنَ اْلمَغِرِبِ فَبُهِتَ الَّذِى كَفَرَ وَاللهُ لاَيَهْدِالقَوْمَ الظَّالِميْنَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena Allah Telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

5)   Metode pemecahan masalah yaitu dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah, dan berfikir tentang suatu masalah kemudian menganalisisnya.
6)   Metode kisah yaitu dengan menyampaikan kisah yang diharapkan dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik sebagai dampaknya.
7)   Metode perumpamaan yaitu metode untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu.
8)   Metode pemahaman dan penalaran yaitu dengan membangkitkan akal dan kemampuan berfikir anak didik secara logis.
9)   Metode perintah berbuat baik dan saling menasehati yaitu untuk memotivasi siwa melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
10)    Metode suri tauladan, diharapkan akan menumbuhkan hasrat untuk berbuat baik pula.
11)    Metode hikmah adalah upaya menuntun orang lain untuk menggunakan akalnya untuk mendapat kebenaran dan kebaikan diikuti penjelasan yang rasional.
12)    Metode peringatan dan pemberian motivasi yaitu kegiatan memberi dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau perilaku yang diharapkan oleh orang tua dan guru.
13)    Metode praktik yaitu memberikan materi dengan alat atau  benda, lalu diperagakan, dengan harapan anak didik jelas dan dapat mempraktekkannya.
14)    Metode karyawisata yaitu dengan mengadakan perjalanan untuk menggali sebuah ilmu, memperhatikan keindahan dengan tujuan mengambil hikmahnya.
15)    Pemberian ampunan dan bimbingan adalah memberi kesempatan anak didik untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya.
16)    Metode kerja sama yaitu upaya saling membantu satu sama lain   untuk melaksanakan tugasnya dan memecahkan masalah yang dihadapi
17)    Metode pentahapan yaitu penyampaian materi dengan bertahap sesuai dengan proses perkembangan anak didiknya.[19]
e.    Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : alat verbal dan alat bantu non verbal. Alat verbal berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sebagai alat bantu non verbal berupa globe, papan tulis, batu lisan, batu kapur, gambar, diagram, slide, video dan sebagainya.
f.     Sumber Pelajaran
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran bisa didapatkan. Sumber pelajaran sesungguhnya banyak sekali ada di mana-mana: di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan

B.      Strategi Pembelajaran dalam Sistem Pembelajaran
1.    Pengertian Strategi Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara pengunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Kata strategi diartikan sebagai suatu rencana kegiatan yang dirancang secara seksama untuk mencapai tujuan yang ditunjang atau didukung oleh hasil pemilihan pengetahuan atau keterampilan yang telah dikuasai.[20]
Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan. Strategi dapat pula diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bamgsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.[21]
Mc. Leod, dalam Muhibbin mengutarakan bahwa secara harfiah dalam bahasa inggris  kata “Strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana.[22]
Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.[23] Di hubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai garis yang telah digariskan. Menurut Hornby dalam Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetnya istilah strategi ini mula-mula dipakai di kalangan militer diartikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitanya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam posisi perang yang dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan.[24]
Akan tetapi dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam oleh bidang-bidang ilmu lain termasuk ilmu bidang pendidikan. Dalam kaitanya dalam proses belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksudnya agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehinga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pengajaran dimaksud.
Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne dalam Iskandarwassid  dan Dadang Sunendar. Strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan.[25]
J. R David (1976) strategi dalam dunia Pendidikan diartikan sebagai . perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[26]
Beberapa ahli berpendapat tentang Strategi Pembelajaran dalam bukunya Hamzah B. Uno “ Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif ” yakni:
a.    Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih,    yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada pesrta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b.    Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
c.    Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
d.   Dick dan carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prusedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa.
Dari beberapa pengertian strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan diambil dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan lebih memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
2.    Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree (1974) menjelaskan dalam bukunya Wina Sanjaya “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan” mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individu atau groups-individual learning.
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), dikatakan strategi pembelajaran langsung karena dalam strategi ini materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa; siswa tidak dituntut mengolahnya kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi.
Berbeda dengan strategi discovery, dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh  seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok bisa dalam pembelajaran kelompok besar, atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar   dalam kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannnya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengaan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-perlahan menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Sebaliknya dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks. Strategi ini sering dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum. [27]
Ada pula strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Walaupun pembelajaran berorientasi aktivitas siswa didesain untuk meningkatkan aktivitas siswa, tidak berarti mengakibatkan kurangnya peran dan tanggung jawab guru. Baik guru maupun siswa sama-sama sebagai subjek belajar. Berbeda dengan srtategi pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menhubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorongsiswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Jadi pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mendengarkan dan mencatat saja, akan tetapi belajar melalui proses berpengalaman langsung.
3.      Straregi Pembelajaran Ekspositori   
a.    Pengertian strategi pembelajaran ekspositori
Srategi pembelajaran ekspositori adalah strategi yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy killen (1998) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung. Karena dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru.
Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan- akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “ chalk and talk” [28]
Srategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang beroreintasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam srtategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori. Pertama, strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa ntuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
Jadi penggunaan strategi ini strategi pembelajaran ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan memberikan informasi. Dengan demikian untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran.
b.       Langkah- langkah pembelajaran ekspositori
1)      Persiapan (preparation)
Dalam strategi ekspositori,langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting,tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah : pertama, Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif. Kedua, Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar. Ketiga, Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa. Keempat,  Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam persiapan diantaranya: pertama, Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif kedua, Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai. Ketiga, Bukalah file dalam otak siswa.
2)      langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan lanhgkah ini. Yaitu: pertama, Penggunaan bahasa, bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami. kedua, Intonasi suara, pengaturan nada suara akan akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol,sehingga tidak akan mudah bosan. ketiga, Menjaga kontak mata dengan siswa,melalui kontak mata yang selamanya terjaga,siswa bukan merasa dihargai oleh guru,akan tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses pembelajaran.
3)      Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya.
4)      Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah di sajikan.
5)       Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah  unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimakpenjelasan guru.  
jadi dari langkah-langkah strategi pembelajaran ekspositori di atas dapat disimpulakan bahwa seorang guru harus mengetahui langkah-langkah pembelajaran tersebut karena keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
c.       Keunggulan dan kelemahan strategi ekspositori
a. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki keunggulan, di antaranya:
1)      Dengan strategi  pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2)      strategi  pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3)      Melalui strategi  pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan ( kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi)
4)       Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.  
b.      Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memilki kelemahan, di antaranya:
1)      Srategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan  terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memilki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
2)      Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap indivudi baik perbedaan kemampuan, pebedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3)      Karena strategi ini lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4)      Keberhasilan  strategi  pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, ras percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan sepeti kemampuan bertutur, dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5)      Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah ( one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbataa pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.[29]
Dari beberapa keunggulan dan kelemahan diatas intinya adalah seorang guru perlu persiapan yang matang baik mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai hal-hal lain yang dapat memengaruhi kelancaran proses pembelajaran.

C.    Peran Motivasi dalam Sistem Pembelajaran
1.      Pengertian Motivasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat diperlukan karena seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajarnya. Motivasi disini merupakan syarat mutlak di dalam belajar. Oleh karena itu seorang guru di sini diharapkan bisa memberi motivasi belajar kepada siswa.
Motivasi belajar terdiri dari dua kata “motivasi” dan “belajar” kedua kata tersebut mempunyai pengertian berbeda akan tetapi didalam pembahasan kali ini dua kata tersebut akan membentuk suatu pengertian untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan dibawah ini.
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.[30]. Motivasi adalah satu kekuatan yang merupakan dorongan individu untuk melakukan sesuatu seperti yang diinginkan, atau dikehendakinya.[31]  Dalam  psikologi, motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.[32]
Dari definisi ini dapat diartikan bahwa motivasi adalah sebab-sebab yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu aktivitas atau perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian motivasi adalah sebagai berikut:
a.    Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik Motivasi adalah  perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[33]
b.    Menurut Woodworth dan Margues dalam Mustaqim dan Abdul Wahid motif adalah suatu tujuan  jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu  terhadap situasi di sekitarnya.[34]
c.    Menurut James O. Whittaker dalam Wasty Soemanto Motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada mahluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan.[35]
d.   Menurut Sumadi Suryabrata dalam djaali motivasi adalah  keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. [36]
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pada intinya sama yakni sebagai pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk suatu aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi disini berasal dari dalam diri sendiri, dan juga motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar individu tersebut. Untuk dapat mendalami dan mempunyai suatu gambaran yang mendalam serta jelas mengenai motivasi belajar, maka hal ini penulis kemukakan menurut beberapa para ahli mengenai motivasi belajar antara lain:
a.    Tadjab mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai sesuatu.[37]
b.    Nashar mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri dan dari luar diri seseorang atau siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam perbuatan belajar.[38]
c.    Mulyadi mengatakan bahwa motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.[39]
d.   Sardiman mengatakan bahwa motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranan yang luas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.[40]
Dari  beberapa pendapat  para ahli di atas penulis mempunyai pemahaman bahwa yang di maksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan yang bisa membangkitkan gairah siswa untuk selalu belajar dan selalu aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar.
2.      Macam-macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.



a.    Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
1)        Motif – motif bawaan
2)        Yang di maksud dengan motif bawaan adalah motif yang di bawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif pyiological drives. 
3)        Motif –motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini sering kali disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial, sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs, sebab justru dengan kemampuan berhubungan, kerjasama di dalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan belajar-mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.[41]
Di samping itu Frandsen, masih menambahkan  jenis-jenis motif di bawah ini:
1)   Cognitive motives
Motif ini menunjuk kepada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan invidual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.
2)   Self-expression
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.
3)   Self-enhancement
Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.[42]
b.    Motivasi dilihat dari sifatnya.
1)        Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tumbuh dari dalam diri individu dan telah menjadi fenomena yang penting dalam pendidikan, bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru, dosen, dan semua personil yang terlibat dalam pendidikan.[43]
Menurut Alisuf Sabri dalam bukunya ”Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional” motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yantg erat hubungannya dengan tujuan belajar.[44]
Definisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi intrinsik tersebut timbul karena dalam diri seseorang telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, misalnya keinginan untuk mengetahui, keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk memperoleh pengetahuan dan lain-lain. Dalam hal ini pujian, hadiah, hukuman dan sejenisnya tidak diperlukan oleh siswa karena siswa belajar bukan untuk mendapatkan pujian atau hadiah dan bukan juga karena takut hukuman.

2)        Motivasi Ekstrinsik
Motivasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak di luar belajar.[45] motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, karena ingin memperoleh nilai tinggi yang semuanya itu tidak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.
Menurut Esa Nur Wahyuni, motivasi ekstrinsik adalah merupakan sebuah konstruk yang berkaitan dengan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa hasil karena faktor di luar individu.[46]
Definisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik itu adalah merupakan motivasi yang timbul karena adanya dorongan dari luar individu yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, jadi seorang siswa akan belajar jika ada dorongan dari luar seperti ingin mendapatkan nilai yang baik, hadiah dan lain-lain dan bukan karena semata-mata ingin mengetahui sesuatu.
Motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya dapat menjadi dorongan untuk belajar. Namun tentunya agar aktifitas dalam belajarnya memberi kepuasan atau ganjaran di akhir kegiatan belajarnya maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi intrinsik. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng  serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.[47]
3.      Fungsi Motivasi
Dengan mantapnya di siang bolong, si abang becak mendayung becak untuk mengangkut penumpangnya, demi mencari makan untuk anak dan istrinya. Dengan teguhnya anggota ABRI itu melintasi sungai dengan meniti tambang. Berjam-jam tanpa mengenal lelah para pemain sepak bola itu berlatih untuk menghadapi babak kualifikasi pra-piala dunia. Para pelajar mengurung dirinya dalam kamar untuk belajar, karena akan menghadapi ujian pada pagi harinya. Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatar belakangi oleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Sepeti di singgung di atas, bahwa walaupun di siang bolong si abang becak itu juga menarik becaknya karena bertujuan untuk mendapatkan uang guna menghidupi anak dan istrinya. Juga para pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan dilakukannya. Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
a.    Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.[48]
b.    Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.[49]
c.    Menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai tujuan, dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seseorang benar- benar ingin mencapai gelarnya sebagai sarjana, tidak akan mengahambur-hamburkan waktunya dengan berfoya-foya/ bermain kartu, sebab perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan.[50]
Dari beberapa uraian di atas, tampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus sebagai penggerak prilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Di samping itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama di dasari adanya motivasi, maka seseorang yang  belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
4.    Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam:
a.    Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar
b.    Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
c.    Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar.
d.   Menentukan ketekunan belajar.
e.    Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat di pecahkan berkat bantuan hal- hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan table logaritma. Tanpa bantuan table tersebut, anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan perkataan lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apa pun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkunganya.
1)   Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh,  anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, dan berkat pengalamanya dari bidang elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu.
2)   Memotivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan Harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia sudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.[51]    
5.    Teori-teori Tentang Motivasi
a.    Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya.
b.    Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan  nafsu pokok yaitu: 1). Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri 2). Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri 3). Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dengan demikian ketika naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan apapun atau tindakan-tindakan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh tiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Seringkali kita temukan seseorang bertindak melakukan sesuatu karena di dorong oleh lebih dari naluri pokok sekaligus sukar bagi kita untuk menentukan naluri pokok mana yang lebih dominan orang tersebut melakukan tindakan yang demikian itu. Sebagai contoh: seorang mahasiswa tekun dan rajin belajar meskipun dia hidup di dalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal apakah yang menggerakkan mahasiswa itu tekun dan rajin belajar? Mungkin karena ia benar-benar ingin menjadi pandai (naluri mengembangkan diri). Akan tetapi mungkin juga karena ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya (naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis dan mempertahankan diri).
c.    Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini juga disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang di pimpinnya. Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi dan bersikap yang mungkin beda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa kita terdiri dari berbagai macam suku yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, banyak kemungkinan seorang pemimpin di suatu kantor atau seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak buah dan anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda sehingga perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda pula, termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi terhadap mereka.
d.   Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara ”teori naluri” dengan ”teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang  luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus berdasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan di daerah gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara memotivasi kepada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun masalah yang di hadapinya sama.
e.    Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini apabila seorang pemimpin atau pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang di motivasinya.
Banyak ahli psikologi, yang telah berjasa merumuskan kebutuhan-kebutuhan manusia ditinjau dari sudut psikologi. Sejalan dengan itu pula maka terdapat adanya beberapa teori kebutuhan yang sangat erat berkaitan dengan kegiatan motivasi berikut ini dibicarakan salah satu dari teori kebutuhan yang di maksud.[52]
D.  Strategi Pembelajaran Ekspositori Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori dan peningkatan motivasi belajar yaitu : [53]
a.       Persiapan
Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting, tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
-          Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif.
-          Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar
-          Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa
-          Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam persiapan diantaranya :
-          Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negative
-          Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
-          Bukalah file dalam otak siswa
b.      Penyajian
-          Penggunaan bahasa, bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.
-          Intonasi suara, pengaturan nada suara akan akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol,sehingga tidak akan mudah bosan.
-          Menjaga kontak mata dengan siswa,melalui kontak mata yang selamanya terjaga,siswa bukan merasa dihargai oleh guru,akan tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses pembelajaran.
c.       Menghubungkan
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya
d.      Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan
e.       Penerapan
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru
Dari langkah-langkah di atas maka peningkatan motivasi pembelajaran ekspositori lebih cepat dicapai. Dan Strategi pembelajaran ekspositori dapat dikatakan tercapai manakala:
1.      Guru yang menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang harus  dipelajari siswa
2.      Apabila guru menginginkan siswa mempunyia model intelektual tertentu misalnya agar siswa dapat mengingat bahan pelajaran dapat mengungkapkan bila diperlukan kembali
3.      Jika ingin membangkitkan pengetahuan siswa tentang topic tertentu jadi materi pelajaran bersifat pancingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
4.      Guru menginginkan untuk mendemontrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik
5.      Apabila seluruh siswa memilki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskna untuk seluruh siswa
6.      Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa misalnya tidak ada sarana dan prasarana yang dibutuhkan
7.      Jika guru tidak memilki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
f.        


[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka 2003) hlm ; 232
[2]  Djumberansyah, Filsafat Pendidikan (Surabaya: karya abditama, 1994), hal. 16
[3] Suwarno,  Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hal. 2
[4] Hasbullah, Dasar-Dasar ilmu pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 3
[5] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal. 69
[6] Fuad  Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hal. 4
[7] Djumransjah, filsafat pendidikan (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), hal. 26
[8] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,(jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003), hal. 290
[9] Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 36
[10] Ismail , Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem (Semarang:Rasail Media Group, 2009), hal. 35
[11] Ibid., hlm.36
[12]Muhaimin dkk, op.cit., hlm.75-76.
[13]Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV Citra Media, 1996),  hlm. 1
[14] Muhaimin dkk, op.cit, hlm. 78
[15] Zakiyah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/ IAIN, 1982), hal. 60
[16] Muhaimin. Pengembangan Kurikilum Pendidikan Agama Islam, Disekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 40
[17]M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 29
[18] Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno,  op.cit.,hlm.13.  
[19] Abdul Majid,  Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru  (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,  2008),  hal. 137-158
[20]Nuryani. Strategi Belajar Mengajar Biologi (Malang:  Universitas negeri malang/um press, 2005), hal. 4
[21] Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: PT Rosda karya, 2008), hlm. 2
[22]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2006), hal. 214
[23]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 5
[24]Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hlm. 11
[25]Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, op.cit., hlm.3.
[26]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: kencana Prenada Media, 2009), hal. 126
[27] Ibid., hlm. 128
[28] Wina sanjaya, Op. Cit, hlm. 179
[29] Wina sanjaya, op. Cit, hlm 185
[30] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuranya (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 3
[31]Chalijah, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), hal. 42
[32]Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1996, hal. 85
[33] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar  (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 158
[34] Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka cipta, 1991), hal. 72
[35] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hal. 205
[36] Djaali. Psikologi Pendidikan  (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 101
[37] Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hal. 102
[38] Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran (Jakarta: Delia Press, 2004), hal. 90
[39]Mulyadi, Psikologi Pendidikan (Malang: Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, 1991), hal. 87
[40] Sardiman,  Interaksi  dan Motivasi Belajar Mengajar  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 75
[41] Ibid., hlm. 87
[42]Ibid..
[43] Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam Pembelajaran (Malang: UIN-Malang Press, 2009), hal. 25
[44] Alisuf  Sabri, Psikologi Pendidikan ( Jakarta:  CV Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 85
[45] Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 97
[46] Esa Nur Wahyuni, op.cit., hlm.30.
[47] Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 137.
[48]Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui         Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: Refika Aditama, 2007), hal. 20
[49] Sardiman, op.cit., hlm.85.
[50] Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),  hal. 71
[51] Ibid., hlm. 29


[52] Ngalim Purwanto, op.cit., hlm.77.
[53] http://suksesbersamasukarto.blogspot.com/2010/03/strategi-pembelajaran-ekspositori-spe.html